Kamis, 28 April 2011



 

Suasana Big Ben London. Tempat ini jalur prosesi pernikahan Williams-Kate. Foto:DOAN WIDHIANDONO/JAWA POS
Dengan kereta kerajaan, Pangeran William dan Kate Middleton akan diarak dari Westminster Abbey menuju Buckingham Palace setelah upacara pernikahan pagi ini waktu setempat. Pasangan pengantin baru itu melintasi jalur sepanjang lebih dari lima kilometer selama seperempat jam. Dengan berjalan kaki, jalur tersebut paling asyik ditempuh selama sekitar dua jam
------------------------------------------
 DOAN WIDHIANDONO, London
-------------------------------------------
JALUR prosesi itu sejatinya merupakan "jalur wajib" bagi para wisatawan yang sedang mengunjungi London. Betapa tidak, sejumlah objek wisata, baik yang bisa dikunjungi maupun sekadar untuk sight seeing, seolah dikumpulkan jadi satu di jalan sepanjang sekitar lima kilometer tersebut. Kalau arak-arakan Pangeran William dan Kate Middleton menempuhnya dalam waktu 15 menit, bagi sebagian besar turis, itu hanya seperdelapan waktu tempuh dengan berjalan kaki.

Jawa Pos memulai rute jalan kaki itu pada Selasa (26/4) pagi waktu setempat. Pukul 10.00 saat London mulai "hidup". Sama seperti rombongan pengantin itu, titik start adalah gerbang barat Westminster Abbey. Tentu tidak dari altarnya. Ketika itu bendera-bendera belum terpasang di sekitar gereja tersebut. Westminster Abbey juga masih terbuka untuk pengunjung umum.

Dari pintu barat itu, jalur prosesi langsung berbelok ke arah kanan, hampir putar balik tepatnya. Sekitar 100 meter di depan, sudah terpampang bangunan megah, The Houses of Parliament. Sehari-hari jalan di situ ramai betul. Ramai lalu lintasnya, juga aliran pejalan kaki di trotoar-trotoarnya. Di sepanjang jalan tersebut banyak yang berfoto dengan memilih gedung parlemen itu sebagai latar belakang.

Setelah itu, prosesi berbelok ke kiri, menyeberang perempatan besar, dan langsung menuju jalan Parliament Street serta Whitehall. Sudut perempatan tersebut, di depan Parliament Square, juga ramai. Sebab, itu adalah pintu keluar-masuk Underground, jaringan kereta api bawah tanah. Dipastikan, pada hari pernikahan ini, stasiun itu overcrowded. Pada hari H, stasiun memang buka. Tapi, kalau terlalu penuh, otoritas setempat bisa menutupnya.

Perempatan tersebut, terutama di sisi timur, penuh toko. Ada toko buku, toko makanan, dan yang ramai diserbu turis adalah toko suvenir. Selain itu, ada sejumlah kios suvenir, dengan harga yang lebih miring, di sepanjang Parliament Street dan Whitehall. Kalau ingin pengganjal perut selama perjalanan, ada kios yang menjual aneka roti panas, mulai pancake hingga hot dog, plus es krim yang sangat lembut. Tentu, Pangeran William dan Kate Middleton tak akan bisa menikmati itu semua.

Beberapa ratus meter melalui perempatan tersebut, sudah ada objek yang juga biasa dikunjungi turis. Tepatnya di sebelah kiri atau di barat jalan. Downing Street. Alamat "paling beken" di Inggris. Downing Street adalah jalan yang ujungnya berpagar tinggi dua lapis. Empat hingga lima polisi berjaga setiap hari. Mereka berbaju putih lengan panjang dengan rompi hitam. Biasanya ada satu atau dua orang yang menyandang senapan serbu.

Para turis itu tak benar-benar mengunjungi, sebenarnya. Mereka hanya berkerumun di ujung jalan yang berpagar tersebut sambil menunjuk-nunjuk ke dalam, ke arah kediaman resmi PM Inggris. Lantaran wujudnya yang tak seperti tempat wisata itu, orang kerap bingung saat melihat kerumunan massa di depan pagar tersebut.

Sesuai rencana, jalur prosesi bergerak lurus terus melalui ujung Downing Street lalu berbelok masuk ke markas Household Cavalry. Itu adalah markas resimen khusus angkatan bersenjata Inggris yang dikenal lewat penampilannya yang begitu khas. Mengendarai kuda hitam, dalam upacara resmi mereka berpakaian ala kesatria dari dua atau tiga abad silam. Pasukan berbaju merah disebut The Life Guards dan pasukan berbaju biru adalah The Blues and Royal. Tugas utama mereka adalah mempertaruhkan nyawa demi keselamatan raja atau ratu. Mereka merupakan tameng hidup pemimpin Kerajaan Inggris.

Sehari-hari, markas itu juga begitu ramai. Salah satu "atraksi" adalah berfoto bersama dua penjaga yang sedang berpatroli. Mereka duduk diam, pandangan lurus ke depan, di atas kuda hitam selama berjam-jam. Meski di sekelilingnya ada turis yang merubung, anggota pasukan kavaleri itu tak terpengaruh.

Yang bermarkas di Jalan Whitehall tersebut adalah batalyon khusus untuk seremonial. Karena itu, pakaian mereka pun seperti kesatria kuno tersebut. Berkuda hitam, celana ketat, sepatu bot setinggi paha, baju besi di punggung dan dada, pedang, serta helm baja dengan hiasan berjuntai di pucuknya.

Di dalam markas itu ada museum. Di situ pengunjung bisa mencoba pakaian seremonial tersebut. Termasuk baju besi yang beratnya sekitar tiga kilogram tersebut. Itu jauh lebih ringan daripada dua abad lalu saat baju besi harus seberat lima belas kilogram dan harus dites tahan peluru.

Atraksi lain yang juga tiap hari ada di markas kavaleri tersebut adalah pergantian penjaga setiap pukul 11.00. Sebelum itu, satu regu penjaga akan berkuda keluar dari barak mereka di kawasan Knightsbridge. Setelah upacara singkat, mereka akan menjaga markas. Sementara itu, regu yang digantikan akan pulang "juga berkuda" ke barak.

Dari jalan Whitehall, prosesi Pangeran William dan Kate Middleton akan berbelok kiri, masuk ke gerbang markas itu. Gerbang tersebut bermodel lengkung seperti pintu-pintu masjid. Lebarnya hanya pas untuk satu kereta dan dua pasang kuda yang bersisian. Setelah menembus markas, mereka melalui lapangan besar yang berpasir, dengan debu-debu beterbangan kalau ada kuda melintas, belok kanan sekitar 50 meter, dan sampailah mereka di The Mall.

Dari jalan Whitehall, kalau terus tanpa berbelok ke markas kavaleri, para turis akan sampai ke Trafalgar Square, alun-alun besar yang beken tersebut. Trafalgar Square pun sejatinya berada di mulut The Mall, jalan sepanjang sekitar dua kilometer di mulut Buckingham Palace.

The Mall memang didesain sebagai jalur seremoni acara-acara kenegaraan sejak awal abad ke-20. Jalan tersebut begitu lurus dan lebar. Karena itu, muncul "legenda" bahwa The Mall dibangun sebagai runway pesawat kalau ada keadaan genting menimpa keluarga kerajaan. Tentu saja legenda itu tak benar. Toh, ada helikopter yang tak butuh runway panjang.

Lewat The Mall itu pula kemegahan Inggris begitu terasa. Di ujung barat, tampak Monumen Ratu Victoria di depan gerbang Istana Buckingham. Di ujung timur, ada Admiralty Arch, gerbang besar berbentuk setengah lingkaran di depan Trafalgar Square. Tapi, jalur prosesi pengantin tak melewati ujung timur itu. Keluar dari markas Household Cavalry, arak-arakan langsung tiba kira-kira di tengah-tengah The Mall. Tidak pas tengah-tengahnya. Kira-kira tiga perempat agak ke timur.

The Mall juga menjadi tempat wajib yang harus dikunjungi turis, terutama pada jalur wisata bertema british monarchy. Termasuk oleh paket-paket tur bertema Pangeran William-Kate Middleton yang marak belakangan ini. Meski sejatinya yang dikunjungi paket tur itu ya jalur prosesi tersebut.

Pada hari ini, The Mall sudah cantik banget. Bendera Inggris Raya yang bermotif saling-silang itu memenuhi 50 tiang bendera, 25 di kanan dan 25 di seberangnya, yang memenuhi jalan. Para pekerja sibuk merapikan perangkat audio yang dipasang khusus demi royal wedding. Mereka mengulur-ulur kabel, mengaitkannya pada speaker di sepanjang jalan.

Memang, kerumunan massa yang menonton prosesi bisa mendengarkan jalannya upacara pernikahan di Westminster Abbey. Di The Mall, dibangun kotak-kotak kubus besar dari kayu daur ulang, seukuran kira-kira 2 x 2 x 2 meter. Masing-masing lantas dicantoli empat speaker. Dua menghadap ke jalan, dua ke arah trotoar.

Sejatinya, perangkat audio itu tak terlampau perlu. Toh, orang tetap bisa melihat live streaming pernikahan lewat internet, baik melalui handphone atau laptop, sembari menunggu prosesi. Tapi, yang terang, siaran audio itu bakal mewarnai hari prosesi tersebut menjadi lebih meriah.

Berjalan menyusuri The Mall, turis juga masih dimanjakan sejumlah objek. Di sebelah selatan ada St James Park, taman milik kerajaan yang cukup elok. Pada musim semi sekarang ini, bunga-bunga bermekaran. Merpati beterbangan serta tupai-tupai jinak terlihat berloncatan dan berlarian di tanah serta pepohonan.

Hampir di ujung barat, di sisi utara The Mall, ada Clarence House, kediaman resmi Pangeran Charles dan Camilla Parker. Istana yang dijaga sepasang tentara dengan baju merah dan topi kulit beruang itu juga kerap dilihat wisatawan. Walau hanya dari depannya.

Sebelum sampai di Clarence House, rombongan prosesi akan disambut sepasang patung besar, Raja George VI dan Ratu Elizabeth (Ibu Suri). Mereka adalah orang tua Ratu Elizabeth II. Orang Inggris menghargai mereka sebagai pemimpin monarki yang kehidupan rumah tangganya begitu harmonis. Ibu Suri bahkan hidup hingga usia 101 tahun. Meski pada episode akhir kehidupannya dia banyak menyaksikan kawin cerai cucu-cucunya.

Siang ini waktu setempat, setelah upacara pernikahan, rombongan prosesi akan memasuki gerbang Buckingham Palace, pemungkas jalur arak-arakan. Tapi, bagi rombongan turis, Istana Buckingham bukan akhir. Tempat kerja Ratu Elizabeth II itu masih menawarkan segudang atraksi lain.

Pada musim semi, dua hari sekali tiap tanggal genap ada seremoni pergantian penjaga istana. Itu juga asyik dilihat. Di bagian belakang istana, ada galeri ratu dan istal (tempat merawat kuda serta kereta istana) yang juga terbuka untuk umum.

Di istal itu terpajang seluruh kereta yang biasa dipakai untuk upacara resmi. Termasuk The Glass Coach, kereta kecil untuk mengangkut Pangeran William dan Kate kalau hari ini hujan. Kereta pengantin utama, 1902 State Landau yang berwarna marun, tak tampak ketika Jawa Pos mengunjungi istal pada hari itu. "Sedang dalam persiapan," kata seorang penjaga.

Rute jalan kaki tersebut akhirnya berakhir pukul 12.00 lebih sedikit. Lebih dari dua jam. Delapan kali lebih panjang daripada prosesi perarakan pengantin yang hanya 15 menit. (c5/kum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar